Hindia Timur Belanda[a] Nederlandsch-Indië (Belanda) | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1610–1800 | |||||||||
![]() Evolusi teritorial kendali Belanda di Kepulauan Melayu dari tahun 1603 hingga 1800. | |||||||||
Status | Kegubernuran Perusahaan Hindia Timur Belanda | ||||||||
Ibu kota | |||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Belanda, Melayu, Jawa, Mandarin, bahasa asli | ||||||||
Pemerintahan | Pemerintahan kolonial | ||||||||
Gubernur Jenderal | |||||||||
• 1610–1614 | Pieter Both | ||||||||
• 1796–1801[b] | Pieter Gerardus van Overstraten | ||||||||
Era Sejarah | Modern awal | ||||||||
• Didirikan | 1610 | ||||||||
• Pembubaran dan nasionalisasi | 1800 | ||||||||
| |||||||||
| |||||||||
Bagian dari seri mengenai |
---|
Sejarah Indonesia |
![]() |
Garis waktu |
![]() |
Bagian dari seri artikel mengenai |
Sejarah Malaysia |
---|
![]() |
Perusahaan Hindia Timur Belanda di Indonesia (VOC) mulai hadir di kepulauan Indonesia dari tahun 1603, ketika pos perdagangan pertama didirikan.
Pada awalnya Bangsa Belanda berusaha merayu bangsa indonesia dengan penawaran dan barang yang murah dan kemudian mengambil alih nakhoda kemudi perdagangan di nusantara dengan monopoli harga rempah rempah dan lainnya.
Namun, pada tahun 1800 perusahaan ini bangkrut dan dibubarkan, seluruh aset kekuasaannya dinasionalisasi ke dalam pemerintahan Hindia Belanda.